Table of Contents
- Apa itu Fast Track Review?
- Kesalahpahaman umum penulis pemula
- Kritik atas layanan fast track: apa kata akademisi?
- Tanggapan dari penerbit jurnal (contoh: JMIR)
- Tips praktis agar tidak salah pilih
- Kesimpulan: fast track adalah fasilitas, bukan jalan pintas
Hai pembaca setia blog dosenidola.com!
Di kalangan penulis pemula, sering muncul asumsi keliru bahwa fast track review berarti manuskrip bisa langsung diterbitkan hanya dengan membayar sejumlah biaya. Anggapan ini tumbuh dari narasi simplistik seperti “asal bayar, langsung lolos” yang beredar di berbagai forum atau grup akademik. Akibatnya, banyak yang menyamakan fast track review dengan praktik “bayar untuk terbit” ala jurnal predator.
Apa itu Fast Track Review?
Fast track review adalah skema di mana jurnal mempercepat proses editorial dan review terhadap sebuah manuskrip—bukan mempercepat publikasi karena pembayaran, melainkan untuk alasan urgensi dan efisiensi.
Proses percepatan ini bisa mencakup:
- Penjadwalan review yang lebih ketat (misalnya 1–2 minggu).
- Prioritas pada editor dan reviewer tertentu.
- Percepatan dalam proses produksi jika manuskrip diterima
Namun, fast track tidak menghapus tahapan evaluasi. Manuskrip tetap harus:
- Lolos desk review oleh editor.
- Melewati peer review independen.
- Melalui proses revisi dan keputusan yang adil.
Dengan kata lain, fast track mempercepat waktu tunggu, bukan menghapus proses ilmiah.

Kesalahpahaman umum penulis pemula
Banyak penulis pemula—baik mahasiswa, dosen muda, maupun praktisi—sering kali memahami konsep fast track review secara keliru karena informasi yang diperoleh bersifat simplistik atau tidak lengkap. Kesalahpahaman ini dapat berujung pada pilihan jurnal yang salah, pengeluaran biaya yang sia-sia, hingga penurunan reputasi akademik pribadi maupun institusi.
Berikut adalah tabel yang merangkum beberapa kesalahpahaman yang paling sering muncul, beserta klarifikasi yang benar berdasarkan praktik jurnal bereputasi.
Kesalahpahaman | Klarifikasi Teliti |
Bayar = otomatis terbit | ❌ Salah. Biaya fast track review tidak menjamin manuskrip diterima. Manuskrip tetap dapat ditolak sejak tahap desk review atau peer review. |
Fast track menghilangkan peer review | ❌ Salah. Proses peer review tetap dilakukan secara independen, bahkan beberapa jurnal menambah jumlah reviewer demi menjaga kualitas naskah. |
Semua jurnal punya layanan fast track | ❌ Tidak benar. Hanya jurnal tertentu yang menyediakan layanan ini, biasanya dengan kriteria ketat dan pada bidang yang membutuhkan percepatan. |
Fast track hanya soal uang | ❌ Keliru. Ada jurnal yang tidak memungut biaya fast track review (misalnya untuk manuskrip revisi dari konferensi ternama), tetapi tetap menjalankan review atau mencantumkan hasil review dari konferensi internasional tersebut. |
Fast track review = bypass revisi | ❌ Salah besar. Pada proses fast track review tetap bisa diminta revisi mayor/minor. Tidak ada jaminan lolos tanpa perbaikan. |
Kalau ditolak, uang pasti dikembalikan | ❌ Tidak. Sebagian besar biaya fast track bersifat non-refundable, karena digunakan untuk membayar reviewer dan proses editorial yang sudah berjalan. |
Reviewer fast track pasti lebih longgar | ❌ Tidak benar. Reviewer tetap bekerja sesuai standar. Bahkan ada jurnal seperti JMIR (Journal of Medical Internet Research) yang justru memakai lebih banyak reviewer untuk fast track. |
Kesalahpahaman seperti di atas bukan sekadar masalah pengetahuan teknis, tapi bisa berdampak serius:
- Penulis bisa terjebak pada jurnal predator yang menjual janji fast track palsu.
- Penulis kecewa saat tahu bahwa manuskripnya ditolak meski sudah membayar mahal.
- Institusi akademik bisa ragu terhadap kredibilitas publikasi yang dilakukan secara tidak hati-hati.
Oleh karena itu, sangat penting bagi penulis pemula untuk memahami bahwa fast track adalah percepatan proses administratif dan review, bukan shortcut menuju publikasi. Jalur ini tetap memerlukan kualitas substansi yang tinggi, serta kedisiplinan dalam merevisi dan memenuhi standar ilmiah.
Kritik atas layanan fast track: apa kata akademisi?
Meskipun fast track review ditujukan untuk mempercepat proses publikasi ilmiah tanpa menurunkan kualitas, praktik ini tidak luput dari kritik. Salah satu suara paling vokal datang dari Alex Holcombe, seorang profesor psikologi dari University of Sydney, yang dalam blognya menyampaikan kekhawatiran tentang dampak etis dari layanan fast track berbayar pada reputasi jurnal.
Dalam tulisannya berjudul “Fast Track Fees Imperil Journals’ Reputation for Fairness” (Holcombe, 2011), Holcombe menyampaikan tiga kritik utama:
1. Ketimpangan akses ilmiah
Fast track dianggap menciptakan sistem dua tingkat dalam dunia akademik. Penulis yang memiliki dana (biasanya dari institusi atau negara dengan sumber daya besar) bisa mendapatkan perlakuan lebih cepat, sementara penulis dari negara berkembang tidak memiliki opsi yang sama. Ini berpotensi menurunkan prinsip keadilan dalam publikasi ilmiah.
2. Ancaman terhadap kualitas dan independensi review
Ada kekhawatiran bahwa desakan tenggat waktu dalam fast track bisa membuat reviewer dan editor bekerja terburu-buru, sehingga kualitas penilaian ilmiah menjadi lebih dangkal. Bahkan dikhawatirkan, pembayaran bisa menciptakan insentif implisit untuk menerima naskah tanpa evaluasi seketat jalur reguler.
3. Dampak terhadap reputasi jurnal
Holcombe menekankan bahwa publik bisa kehilangan kepercayaan terhadap integritas jurnal jika mereka mengetahui bahwa proses publikasi dapat dipercepat oleh uang, bahkan jika substansi tetap dinilai.
Tanggapan dari penerbit jurnal (contoh: JMIR)
Beberapa jurnal, seperti Journal of Medical Internet Research (JMIR), menanggapi kritik ini secara terbuka. Mereka menjelaskan bahwa:
- Fast track review tidak mengurangi jumlah reviewer, bahkan dalam banyak kasus lebih banyak reviewer diminta untuk memastikan kualitas.
- Reviewer tetap dibayar meskipun manuskrip ditolak, dan proses evaluasi dilakukan secara netral.
- JMIR juga menawarkan pembebasan biaya (waiver) bagi penulis dari negara berkembang, untuk menjaga akses yang adil.
- Penulis harus lolos desk-review dulu sebelum diizinkan mengakses layanan fast track review, sehingga tidak semua manuskrip langsung masuk atau ditawarkan review jalur cepat.
(Sumber: Holcombe, 2011 – tanggapan lanjutan)
Tips praktis agar tidak salah pilih
Agar tidak terjebak dalam kesalahan pemahaman atau praktik fast track yang merugikan, berikut adalah langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan penulis, khususnya mahasiswa, dosen muda, dan penulis pemula:
1. Baca kebijakan resmi jurnal secara teliti
Periksa bagian Author Guidelines, Editorial Policy, atau Publication Fees yang tersedia di situs resmi jurnal. Jurnal yang benar-benar menyediakan fast track selalu mencantumkan detail mekanismenya secara eksplisit, termasuk:
- Prosedur pengajuan fast track.
- Biaya yang dikenakan (jika ada).
- Durasi proses review yang dijanjikan.
- Ketentuan non-refundable fee.
Jika informasi ini tidak ditemukan, maka kemungkinan besar jurnal tersebut tidak memiliki fast track resmi, atau justru menggunakan istilah tersebut sebagai kedok praktik predator.
2. Pastikan indeksasi jurnal
Jurnal ilmiah yang kredibel biasanya terindeks dalam:
- Scopus (Elsevier) – https://www.scopus.com/sources
- Web of Science (WoS) (Clarivate) – https://mjl.clarivate.com/home
- DOAJ (untuk jurnal open-access yang etis) – https://doaj.org
Jika jurnal tidak terdaftar di platform tersebut, lakukan penyelidikan lebih lanjut sebelum mengirimkan naskah Anda.
3. Waspadai janji publikasi dalam hitungan hari
Jurnal yang menjanjikan publikasi hanya dalam 5 sampai 10 hari tanpa menjelaskan proses review secara rinci patut dicurigai. Itu bukan fast track ilmiah, melainkan ciri khas jurnal predator.
Ingat, jurnal bereputasi tetap membutuhkan waktu untuk:
- Desk review oleh editor.
- Peer review independen.
- Revisi dan evaluasi lanjutan.
4. Periksa kredibilitas editor dan proses editorial
Semakin jelas rekam jejak editor dan reviewer, semakin tinggi kepercayaan terhadap proses review-nya. Beberapa cara yang dapat dilakukan:
- Lihat siapa yang duduk sebagai Editor-in-Chief dan anggota dewan editorial.
- Apakah mereka memiliki afiliasi universitas yang jelas dan profil publik (misalnya di Google Scholar atau ORCID)?
- Perhatikan apakah jurnal tersebut menyebut reviewer yang menilai manuskrip (beberapa jurnal open review menyertakannya secara transparan).
5. Gunakan sumber validasi jurnal akademik
Beberapa alat bantu terpercaya untuk menilai kredibilitas jurnal:
- Scimago Journal Rank (SJR)
- Think. Check. Submit.
- Sinta (Science and Technology Index) untuk jurnal terakreditasi nasional
Platform ini memberikan tambahan informasi tentang reputasi, indeksasi, transparansi peer review, dan praktik etis jurnal yang dapat membantu Anda membuat keputusan yang tepat.
6. Diskusikan dengan pembimbing atau kolega akademik
Jika Anda ragu, selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing, kolega, atau rekan peneliti. Mereka dapat memberikan masukan berdasarkan pengalaman atau membantu mengidentifikasi tanda-tanda jurnal tidak kredibel.
Kesimpulan: fast track adalah fasilitas, bukan jalan pintas
Fast track review adalah sebuah fasilitas yang disediakan oleh sebagian jurnal bereputasi untuk menjawab kebutuhan urgensi penulis, bukan jalan pintas menuju publikasi. Proses ini tetap mempertahankan:
- Review ilmiah independen.
- Evaluasi substansi naskah yang ketat.
- Kualitas editorial sesuai standar akademik
Sayangnya, kesalahpahaman yang terus berkembang terutama di kalangan penulis pemula, sehingga membuat istilah fast track sering diasosiasikan dengan praktik tidak etis.
Dengan memahami struktur, biaya, mekanisme, serta kritik atas fast track review, penulis dapat mengambil keputusan yang lebih bijak, menghindari jebakan jurnal predator, dan tetap menjaga integritas dalam dunia akademik.
“Jangan tergiur instan, pahami prosedurnya!”
Pernahkah Anda ditawari fast track oleh jurnal tertentu? Bagikan pengalaman Anda di kolom komentar!
Baca juga: